Kongres GP AnsorOpini

Jas Hijau

PERADABAN.ID – Puluhan mobil dibasuh hujan. Kader-kader memenuhi ruangan lobi Asrama Bir Ali Makassar, seperti biasa, seisi ruangan berkabut, dipeluk asap rokok. Sementara yang lain menaruh pasrah seragam hijaunya terbasuh rahmat semesta. 

Baju loreng-loreng membaur dengan setelan jas hijau, rapi. Dua warna yang sudah seperti jarum mesin jahit, yang harus menenggelamkan diri untuk membuhul dua kain, memadupadankan warna, dan mempererat perpautan. 

Tergambar wajah girang, mawas, dan layu. Masing-masing membawa pikirannya menuju satu titik, apakah dunia mampu kupegang? Atau ia larut begitu saja bak hujan diserap bumi. 

Dan, mungkin, banyak yang bingung seperti saya. 

Baca Juga

Indonesia sangat luas untuk hanya dipahami dari pengetahuan satu pelataran saja. Mengerti satu suku saja tidak cukup. Butuh beribu-ribu pelataran untuk diarungi di tengah gelombang besar yang terus menggulung. 

Apa yang dibutuhkan untuk mengerti Indonesia? Cukup solar? Jelas. Kemampuan berimprovisasi? Sangat. Kedisiplinan dalam mengetahui tata cara-tata cara? Sahih. 

Tapi mengapa Indonesia cukup sulit direbahkan? 

Ya, “budaya kami” adalah arus deras pelataran. kesadaran akan kepentingan orang banyak adalah norma dasar hidup di negeri rayuan pulau kelapa ini, tapi memaklumi kewajiban untuk mengharap imbalan adalah kekeliruan juga. 

Begitulah, pelataran tetaplah pelataran, ia bisa dilihat oleh dan dinilai oleh mereka-mereka yang bisa menjembatani sebuah jalan pendaratan. Akan lebih khidmat pelataran, jika mampu memberi rasa aman kepada seru sekalian alam. 

Pelataran-pelataran pendaratan mendorong bertuahnya world of view untuk mendorong dan mempertahankan bahu kemajuan, praktisnya ialah daerah penyangga. Ia mempertautkan dunia yang diimani dan dunia yang dilalui dengan pikiran-pikiran yang kuat. 

Baca Juga

Sehingga daerah penyangga memiliki impian yang sama dari hanya sekadar diperbandingkan. Di antara kemilau pijar, daerah penyangga mungkin redup, namun kecemerlangannya lebih pijar dari pijar itu sendiri.

Pengalaman lahir-batin adalah mata angin yang tidak bisa ditemukan di sudut kecil Indonesia. Tanpa keluar dari sangkar, induk Elang hanya menuai jerit-tangis. Lantas, mengambil jalan pintas meninabobokan anak-anaknya.  

Ini semua tentang jas hijau, jangan sekali-kali hilang jangkauan. Karena dari bithanah yang ada dalam jas itu, jas akan mudah lusuh.

Yusuf Ali Syafruddin

Pegiat di Kajian Islam dan Kebangsaan

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button