Opini

Jagongan Satu Abad NU

PERADABAN.ID – Sambutan KH Yahya Cholil Staquf Ketua Umum PBNU dalam acara Kick Off Satu Abad NU menarik dicermati. Kaitannya dengan peradaban, ia dengan tegas mengatakan bahwa para pendiri dan kiai NU mempunyai gagasan-gagasan bernas untuk dibicarakan dalam pergulatan pemikiran peradaban, baik Islam dan umat manusia dalam konteks global.

Untuk menuju ke sana tentu butuh giat dan semangat yang kuat. Ia tidak bisa ujug-ujug. Tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apalagi, menjelang kegiatan itu, akan digelar pertemuan internasional yang melibatkan tokoh-tokoh agama dunia. Rais Aam PBNU berpesan, kekuatan ruhaniah tak kalah pentingnya untuk menopang suksesi kegiatan tersebut. Itu benar.

Baca Juga Berita dan Informasi Gus Yahya Terbaru

Perkumpulan-perkumpulan tokoh besar, biasanya tidak sekadar pertemuan. Gagasan-gagasan yang nantinya didiskusikan merupakan kristalisasi dari realitas yang penuh kemelut. Gagasan itu yang juga akan menjadi bahan solusi dalam merangkai peradaban.

KH Yahya Cholil Staquf sudah mengatakan bahwa yang diundang adalah sederet tokoh agama dunia seperti Paus Fransiskus, Uskup Justin Portal Welby, Patriark Bartholomev. Selain tokoh-tokoh itu, juga akan diundangn pemimpin Agama Buddha Internasional, Pemimpin Hindu, Raja Norodom Sihamoni hingga Sri Ravi Shankar.

Gawe-gawe demikian mustinya bukan hal yang mengagetkan bagi kalangan NU. Apalagi berkenaan dengan kiprah-kiprah NU dalam upaya menyuluhi ruang gelap kemanusiaan. Menemui tokoh besar, lalu membicarakan apa yang sebenarnya terjadi, bagaimana mencari kapsul solusinya. Ini skema lawas, yang membedakan hanya konteks dan objek diskusinya.

Baca Juga Rais Aam PBNU; Kiprah Kita Dinantikan Dunia

KH Cholil Bisri suatu ketika pada rentan bulan Sya’ban 1416, atau dalam kalender masehi sekitar tahun 1995 menemui banyak tokoh secara maraton. Dalam tulisan yang berjudul NU: Proses Kristalisasi atau Ketuaan beliau menceritakan keprihatinan yang sama dengan para tokoh yang ditemuinya.

Saya bertemu dan semajlis dengan Kiai Sufyan dan Rah Kiai Fawald As’ad, Situbondo, di Asembagus. Esok malamnya Saya bertemu dan semajlis dengan Kiai Alawy Muhammad, Sampang, di Semarang. Sebelum itu, Saya semajlis dengan Kiai Basyirun, Badungsari, Purwodadi, di Ngaringan, dengan Kiai Dimyati Rois, Kaliwungu, Kendal, dengan Kiai Syahid, Kemadu, Sulang, di Rembang. Selain itu, KH Cholil Bisri juga menemui 4 tokoh Kiai di antaranya Kiai Athour Rohman, Kiai Mustholih, Kiai Asfani Thoha dan Kiai A. Wahab Hafidh.

Baca Juga Krapyak 1989

Saya tidak sedang klise mengatakan bahwa perkumpulan dengan tema-tema diskursif akan melahirkan banyak dan memperkaya pandangan. Tetapi faktanya memang dialog-dialog yang bisa menjembatani segala ritus kemelut kemanusiaan. Ia tidak bisa diselesaikan dengan petentang-petenteng, mengklaim sepihak kebenarannya, apalagi dengan cara-cara kekerasan. Dialog peradaban, bukan bentuk arogansi kata KH Yahya Cholil Staquf, karena sifatnya tidak ekspansif dan dominatif.

Satu Abad usia NU, memang harus demikian didudukkan. Ia musti berangkat dari refleksi. Harus menunjukkan kualitas aksiologi NU. Satu Abad NU, eman-eman saja apabila hanya dijadikan sebagai kumpulan angka yang numpuk di meja administrasi pengurus, atau hanya menjadi panggung-panggung seremoni dari tempat acara ke tempat acara lainnya.

Ahmad Bonang Maulana

Penulis lepas. Tulisannya tesebar di ragam media cetak dan online baik nasional dan daerah. Saat ini tinggal di Jakarta.

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button