Gus Yahya: Agama Harus Berhenti Menjadi Bagian dari Masalah

PERADABAN.ID, Yogyakarta – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf, mengatakan di negara demokrasi, agama harus berhenti menjadi bagian dari masalah.
“Ketegangan yang agak serius itu muncul dari parameter antar agama. Kalau etnis, kita ini relatif lebih santai,” terang Gus Yahya dalam Seminar Nasional Menuju Demokrasi Berkualitas di UGM, Yogyakarta, Sabtu (27/08/2022).
Pergulatan antara etnis Jawa, Batak, Madura, Melayu dan Bugis, dan seterusnya dirasa Gus Yahya jauh lebih santai dan tidak ada ketegangan-ketegangan yang berarti.
“Di mana-mana memang, agama ini jadi masalah. Karena agama ini mendasarkan diri pada asumsi-asumsi yang susah dinegosiasi. Karena alasannya ini wahyu, perintah tuhan yang tidak bisa dinegosiasi,” paparnya.
Mungkin anda juga suka
- Berita dan Informasi Gus Yahya Terbaru
- Rutin Gelar Jumat Berkah, LAZISNU PBNU Bagikan 250 Paket Fidyah
Jejak dari ketegangan antar agama yang memicu konflik masih membayang-bayangi kehidupan manusia sampai sekarang, “Karena itu kita butuh jalan keluar,” tegasnya.
Dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan oleh Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (KAGAMA) ini Gus yahya menjelaskan alasan bangsa Indonesia memilih asas demokrasi sebagai bentuk negara.
“Karena kita ingin mencari platform yang bisa menjamin harmoni dari kebhinnekaan bangsa ini. Pergulatan kebangsaan ini pertama kali dimulai dari kebhinnekaan dan kebutuhan untuk memiliki platform kebhinnekaan,” terang kiai jebolan Sosiologi Universitas Gadjah Mada itu.
Pemilihan platform tersebut melewati perjalanan besar dan fase rumit yang melibatkan figur-figur founding father’s yang berlatar belakang identitas dan ideologi yang beragam.
Mungkin anda juga suka
- Pameran Pendidikan Resmi Dibuka, Kontribusi Nyata LP Ma’arif NU
- Jalankan Mandat PBNU, LAZISNU Salurkan Beasiswa BPKH kepada UNUSIA Jakarta
“Dulu itu, semua orang (founding father’s) berkumpul. Mereka punya latar belakang yang beragam, mulai dari realisme Barat sampai tradisional Jawa. Mulai dari Islamisme sampai komunisme. Macam agama-agama besar ada, ideologi seluruh dunia ada, semuanya terwakili (dalam BPUPKI-red,),” kisah Gus Yahya ketika menjawab pertanyaan dari panelis di Amerika.
Bapak pendiri bangsa ini, lanjut Gus Yahya, mencari jalan, bagaimana kita sebagai bangsa ini agar tetap bersastu secara harmonis tanpa harus menindas satu sama lain, “Maka lahirlah Pancasila dan UUD 45 itu. Ini demokrasi”, tukas pengasuh Pondok Pesantren Roudlatut Thalibin itu.
“Sebagai sistem negara-bangsa, demokrasi mempunyai premis kesetaraan dan kesetaraan itu menjamin harmoni, di mana ada diskriminasi pasti tidak ada harmoni”, imbuhnya.
masyaallah