Opini

Di Bawah Guyuran Barokah Raksasa Para Ulama

PERADABAN.ID – Pernah mendengar istilah tabarrukan atau ngalap barokah? Tahukah kamu, apa itu tabarrukan?  Lantas spa maksud dan tujuan tabarrukan?

Istilah tabarrukan atau ngalap berkah sudah menjadi tradisi umat Islam di Indonesia, khususnya kaum pencinta Nahdlatul Ulama, nahdliyin.

Pada suatu kesempatan, ada seorang ustaz youtube yang mengatakan tabarrukan atau ngalap barakah dengan mencium tangan, berebut air minum kiai, menata sandal dan lain-lain disebutnya sebagai tindakan yang tidak ada dasarnya di dalam agama.

Sehingga, menurutnya, praktik tersebut haram dilakukan. Benarkah demikian?

Baca Juga Piagam PBB Jadi Salah Satu Topik Bahasan Muktamar Internasional Fikih Peradaban

Mari kita mulai dengan permisalan sederhana terlebih dahulu.

KH Yahya Cholil Staquf, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, pada suatu kesempatan ketika menyeru ajakan agar masyarakat menghadiri Resepsi Puncak 1 Abad Nahdlatul Ulama.

Gus Yahya, sapaan akrabnya, dengan lantang memakai istilah berbagi “Barokah Raksasa” pada gelaran monumental tersebut. Secara sederhana, Barokah Raksasa, selain pada momentum tanggal, ia juga menjadi momentum berkumpulnya frekuensi dzikir, doa dan oase para ulama.

Hal ini cukup wajar, mengingat istilah tabarrukan atau ngalap barakah sudah menjadi kode Nahdlatul Ulama sejak lama. Pesantren sebagai gudang khazanah peradaban Islam sudah barang tentu memiliki kepentingan untuk melestarikan tradisi berharga tersebut.

Adapun kalau ditelaah lebih jauh, istilah tabarrukan adalah usaha untuk mendapatkan berkah dan merupakan tradisi yang biasa dilakukan oleh para ulama.

Baca Juga Kiai Afifuddin Muhajir: Piagam PBB dalam Bingkai Syariat

Syaikh Nawawi al-Bantani dalam salah satu karangannya, Mirqatus Shu’uqit Tashdiq syarah dari Sullam at-Taufiq, menyebutkan salah satu tujuan beliau menulis kitab tersebut adalah tabarrukan dengan para ulama yang qaul atau pendapatnya beliau nukil.

Syaikh Nawawi lalu menyebutkan, bahwa orang yang menempatkan diri di bawah guyuran hujan deras akan basah kuyup atau minimal pasti basah terkena percikan-percikan air.

Berkah atau barokah sejatinya adalah rahmat yang diberikan Allah untuk hamba-hambaNya, lebih-lebih ketika Allah sudah mencintai hambaNya, rahmat atau kasih sayang yang diberikan padanya tak terbatas dan salah satu yang paling dicintai oleh Allah adalah para ulama.

Ibarat kata, ketika tabarruk dengan para ulama yang dihujani rahmat oleh Allah kita pasti akan basah. Andai tidak basah kuyup kita pasti basah walau hanya terkena percikan-percikannya karena saking deras dan banyaknya rahmat yang diberikan Allah.

Oleh karena itu, mari kita ‘hujan-hujanan’.

Yusuf Ali Syafruddin

Pegiat di Kajian Islam dan Kebangsaan

Related Articles

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Check Also
Close
Back to top button